Beda IOS dan UEFI
Sumber: ComputerNetworkingNotes

Beda BIOS dan UEFI, Mana yang Terbaik untuk Sistem Komputermu?

Jika berbicara tentang proses booting komputer, maka selalu akan muncul dua istilah yang berlainan, yaitu BIOS dan UEFI. Keduanya adalah firmware yang berfungsi sebagai penghubung antara perangkat keras (hardware) dan sistem operasi (OS). 

Meskipun sering dianggap sama, sebenarnya ada banyak beda BIOS dan UEFI yang cukup signifikan, baik dari sisi teknologi, fitur, maupun kemampuan. Kira-kira apa saja itu? Cek ulasan lengkapnya pada artikel berikut ini!

Beda BIOS dan UEFI dari Segi Pengertian

Dari segi pengertian, BIOS (Basic Input/Output System) adalah firmware klasik yang telah digunakan sejak tahun 1980-an. BIOS ini biasanya akan disimpan dalam chip ROM atau flash memory pada motherboard.

Sedangkan UEFI (Unified Extensible Firmware Interface) adalah firmware modern yang sengaja dikembangkan untuk menggantikan BIOS yang teknologinya sudah ketinggalan zaman. Teknologi ini dikembangkan oleh Intel dan kemudian distandarisasi oleh UEFI Forum.

Beda BIOS dan UEFI dari Segi Fungsinya

Beda BIOS dan UEFI
Sumber: QILING

Secara fungsinya, tentu BIOS dan UEFI juga menawarkan fitur yang sangat berbeda, terlebih karena teknologi yang digunakan tidak sama.

Fungsi BIOS

Dengan perkembangan teknologi yang lebih maju, BIOS umumnya sudah mulai banyak ditinggalkan, karena fitur-fitur yang ditawarkannya, seperti:

1. Melakukan POST (Power-On Self Test)

POST adalah proses pengecekan awal setiap kali komputer dinyalakan. BIOS akan memeriksa apakah komponen penting bekerja dengan benar, seperti, RAM, CPU, VGA / kartu grafis, keyboard, hingga hard disk / SSD.

Jika ada masalah, BIOS biasanya memberikan kode beep atau pesan error. Sebagai contoh jika RAM rusak, komputer bisa menyala tetapi tidak akan masuk ke sistem operasi. Tujuannya untuk memastikan semua perangkat siap dipakai sebelum OS dijalankan.

2. Menginisialisasi Perangkat Hardware (Keyboard, RAM, VGA, Storage)

Sebelum sistem operasi mengambil alih, BIOS harus mengaktifkan perangkat keras terlebih dahulu. Ini disebut hardware initialization. Contohnya seperti mengaktifkan keyboard supaya bisa digunakan saat masuk BIOS.

Selain itu, sistem BIOS juga dapat memberikan akses awal ke RAM untuk digunakan selama proses booting, menginisialisasi kartu grafis agar layar bisa menampilkan tampilan awal, sekaligus mengaktifkan hard disk/SSD agar bisa dicari bootloader-nya.

3. Mencari dan Memuat Bootloader

Setelah hardware siap, BIOS akan mencari bootloader, yaitu program kecil yang digunakan untuk memulai sistem operasi.

Cara kerjanya juga sudah cukup kompleks dimana BIOS memeriksa media penyimpanan sesuai urutan (boot order): misalnya SSD, USB, hingga DVD.

Ketika menemukan drive yang memiliki bootloader, BIOS menjalankannya, serta bootloader kemudian memulai sistem operasi (Windows, Linux, dsb), seperti: Windows Boot Manager (Windows) dan GRUB (Linux).

4. Memberikan Interface Konfigurasi Hardware

BIOS juga menyediakan menu konfigurasi (BIOS Setup Utility) yang bisa kamu buka dengan menekan tombol seperti DEL, F2, atau F10 saat komputer menyala. Jadi, sistem ini memberi kontrol ke pengguna untuk mengatur bagaimana hardware bekerja sebelum OS berjalan.

Lewat menu ini kamu bisa mengatur:

  • Boot order (prioritas boot)
  • Mode SATA (IDE, AHCI, RAID)
  • Jam dan tanggal
  • Kecepatan fan
  • Overclocking (pada motherboard tertentu)
  • Password BIOS.

Fungsi UEFI

Fungsi UEFI
Sumber: UEFI Forum

Sedangkan UEFI dengan teknologi terbaru, tetnu menawarkan fungsi yang lebih update dibandingkan BIOS, seperti:

1. Booting Lebih Cepat

UEFI dirancang lebih modern dibanding BIOS. Salah satu keunggulan utamanya adalah proses booting yang lebih cepat.

Mengapa lebih cepat? Sebab UEFI bisa menginisialisasi perangkat secara paralel, tidak satu per satu seperti BIOS. Selain itu, UEFI juga bekerja dalam mode 32-bit atau 64-bit, sehingga eksekusi instruksi lebih cepat.

Bahkan, ada fitur Fast Boot yang memotong proses pengecekan hardware yang tidak diperlukan. Jadi, komputer dapat menyala lebih singkat, serta waktu masuk ke Windows atau OS lain jadi lebih cepat.

2. Mendukung Storage Lebih Besar dari 2 TB

UEFI juga menggunakan sistem partisi GPT (GUID Partition Table). Dengan GPT tentunya disk bisa lebih besar dari 2 TB (bahkan sampai hitungan zettabyte), mendukung hingga 128 partisi dalam satu disk (tanpa extended/logical seperti MBR).

Sebaliknya, BIOS masih memakai MBR, yang hanya mendukung maksimal 2 TB ukuran disk, serta 4 partisi utama. Artinya, UEFI lebih cocok untuk hard disk atau SSD modern berkapasitas besar.

3. Interface yang Lebih Modern dan Mendukung Mouse

UEFI memiliki tampilan yang jauh lebih menarik dibanding BIOS, yang biasanya hanya teks biru/hitam. Ciri interface UEFI ini dicirikan mulai dari desain GUI seperti menu aplikasi, bisa memakai mouse, bukan hanya keyboard, sekaligus menampilkan informasi hardware yang lebih lengkap, yaitu suhu CPU, kecepatan fan, hingga voltase.

Bukan hanya itu, pada beberapa motherboard UEFI juga dilengkapi dengan mode “EZ Mode” untuk pemula serta “Advanced Mode” untuk pengguna teknis. Ini membuat pengaturan sistem jadi lebih ramah pengguna.

Saat ini, kamu juga bisa mendapatkan motherboard keluaran terbaru yang terjamin kualitasnya seperti ASROCK B850M hanya di marketplace KomputerMedan:

4. Keamanan Lebih Baik dengan Secure Boot

Fungsi andalan UEFI yang terakhir adalah Secure Boot. Ini fitur keamanan yang hanya ada di UEFI. Fitur ini bekerja dengan cara apakah sistem operasi yang akan dijalankan asli dan dipercaya

Sebab ia langsung bisa mengidentifikasi jika hanya OS yang memiliki sertifikat digital yang valid saja yang boleh melakukan booting. Jika bootloader atau OS telah dimodifikasi malware, UEFI akan mencegah boot.

Ini sangat efektif untuk melindungi komputer dari Bootkit, Rootkit, hingga Malware tingkat rendah yang menyusup sebelum OS aktif. Karena itulah Windows 10 dan Windows 11 mewajibkan Secure Boot aktif untuk fitur keamanan penuh.

Beda BIOS dan UEFI Berdasarkan Mode

Motherboard - Beda BIOS dan UEFI
Sumber: Freepik

Terakhir, BIOS dan UEFI juga memiliki perbedaan utama pada mode yang ditawarkan. Dimana BIOS bekerja hanya pada mode 16-bit yang membuatnya  mulai ditinggalkan oleh para pengguna.

Karena BIOS menggunakan mode 16-bit, akses memori sangat terbatas (tidak bisa memakai seluruh kapasitas RAM modern), proses booting lebih lambat, tidak bisa menangani storage berkapasitas besar secara efisien, serta tidak bisa menjalankan fitur keamanan modern.

Karena berbagai limitasi tersebut, BIOS sulit mengikuti perkembangan teknologi perangkat keras modern. Hal ini berbeda dengan UEFI yang mendukung mode yang jauh lebih besar, hingga 64-bit.

Kondisi ini tentu secara otomatis akan memberikan banyak keuntungan, seperti bisa mengakses memori jauh lebih besar, dapat menjalankan proses lebih cepat dan efisien, mendukung driver dan program modern saat boot, serta kompatibel dengan sistem operasi modern yang mayoritas 64-bit.

Itulah berbagai hal yang menunjukkan beda BIOS dan UEFI yang wajib kamu tahu, sehingga membuat salah satunya sangat unggul dan masih digunakan hingga sekarang. Mana poin yang baru kamu tahu?


Yuk kenali lebih dekat KomputerMedan melalui tautan berikut ini: